Kamis, 05 Agustus 2010

Zhang Da Yang Luar Biasa


Zhang Da, yang luar biasa


Pada tanggal 27 Januari 2006 Pemerintah China memberikan penghargaan kepada 10 orang yang luar biasa diantara 1,4 milyar penduduk China, salah satunya adalah Zhang Da yang berasal dari Propinsi Zhejiang China. Kecintaan dan perhatiannya yang besar kepada ayahnya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta kisah kehidupannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas menerima penghargaan tersebut.

Kisah ini bermulai pada tahun 2001 ketika Zhang Da ditinggal pergi oleh Ibu yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan harus merawat suaminya yang sakit keras. Sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang ayah yang berjalan pun tidak bisa apalagi untuk bekerja karena selalu sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa Zhang Da yang pada waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat, menggendong dan memandikan ayahnya ke WC, menyiapkan makanan untuk ayahnya, Ia harus sekolah, mencari makan untuk dirinya dan ayahnya serta memikirkan hal untuk membeli obat-obat untuk ayahnya dan segala urusan untuk ayahnya menjadi tanggung jawabnya seorang, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Dalam keadaan yang sangat sulit itu, ia memutuskan untuk tetap melanjutkan sekolah. Perlu diketahui bahwa dari rumah sampai sekolah ia harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanannya, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan para tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk Ayahnya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun.

Untuk mengatasi masalah Obat – Obatan yang mahal dan jauhnya tempat berobat, Zhang Da berpikir untuk menemukan cara mengatasinya. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan suntikan kepada pasiennya. Dan setelah ia merasa mampu, ia nekad untuk menyuntikan sendiri.

Pada saat acara penganugerahan penghargaan tersebut, yang dihadiri oleh para pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal, pembawa acara bertanya kepadanya, “Zhang Da, apakah sekarang yang kamu inginkan, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan, nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini banyak orang yang dapat mengabulkan keinginan kamu. Namun Zhang Da hanya terdiam dan tidak menjawab
apa-apa. Pembawa acara pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suaranya ia menjawab, “Aku Mau ibu Kembali. Ibu kembalilah ke rumah, aku bisa membantu ayah, aku bisa cari makan sendiri, Ibu Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Demikian kisah Zhang Da, sebuah kisah nyata tentang seorang bocah yang luar biasa. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Kamis, 29 Juli 2010

DI GORENG LAGI


Ketika kami sedang berjalan-jalan ke mall di kawasan sunter, anak ku James ( 10 thn) tiba-tiba minta di beliin mainan. Dengan alasan tidak ada event yang special, istriku menolak untuk membelikan nya.
" kalau begitu, sebagai hadiah naik kelas saja" katanya, padahal event kenaikan kelaskan sudah berlalu cukup lama.
Dengan kesal istriku menjawab, " Ah, itu mah udah basi ,James, udah lama."
Tapi dengan enaknya james menjawab," Gak lah,mi, kan tinggal di goreng lagi aja, gak basi,kok."

Senin, 17 Mei 2010

Senin, 15 Maret 2010

Selamat Jalan Andy

Dipagi yang hening , Andy telah berpulang meninggalkan papi dan dan kakak-kakaknya, ya, rupanya Andy sudah gak bkuat lagi menanggung derita, selamat jalan Andy, yang tinggal hanya lah kenangan bersamamu, we love you....

Senin, 08 Februari 2010

Andy tak bisa berlari lagi

Semuanya terjadi begitu cepat, saya masih ingat harinya, hari minggu biasa, tidak ada firasat apapun sampai mendadak saya mendapat telpon dari kakak yang mengabarkan kalau Andy mendadak demam dengan panas hampir mencapai 40.
Papanya mencoba untuk menurunkan panasnya dengan mengompres, meminumkan obat dokter tapi semua itu sia-sia.
Akhirnya kami memutuskan untuk mengirim Andy ke rumah sakit, namun sejak saat itu juga kami tak bisa lagi melihat Andy yang lincah, Andy yang bandel, karena sejak itu Andy tergolek koma di tempat tidur.
Tidak ada infus yang bisa memperingan kondisinya, tidak juga obat-obatan dari dokter yang bisa memperingan penderitaannya.Yang kami dapati hanya lah Andy yang tertidur dengan pulasnya.
Kapan kami bisa melihat Andy seperti dulu lagi??
Andy yang sekarang bukan Andy yang aku kenal seperti dulu, Andy yang sekarang hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur dengan selang makanan di hidungnya.

Minggu, 26 Juli 2009

Nice dog mean dog

Bodhi like to walk with me around the neighborhood. There are a lot of dogs in the neighborhood. There is one dog that is very nice. He never bark at us, and only look and following us from inside the gate until we're gone. His face look friendly, and Bodhi always say hello to him. So, we decide to give him a treat because he is a nice dog. One day, after breakfast, Bodhi get his dog treat. So we went to our routine route to meet the nice dog, and gave him the treat. One the way back, we met a very mean bull dog that barked at us fiercely. Few minute afterward, Bodhi said to me,"Mommy, you know, the dog is barking at us, because he think that we are bad guys. We should give the mean dog treat too, so he know we are a good guys, and he will be nice to us."
hasEML = false;

Kamis, 16 Juli 2009

The love of a brother


Saya teringat dulu, waktu Richie masih berumur sekitar 5 tahunan, kami sekeluarga sedang mengantarkan seorang kerabat ke gereja di daerah Lippo Cikarang, ketika missa sedang berlangsung saya bertugas untuk menemani Richie bermain di taman bermain bersama sama denga adiknya Radit yang kala itu baru berumur 2 tahunan.
Ada seorang pengunjung ditaman itu yang melihat betapa Richi dengan gembiranya bermain bersama adiknya bertanya padaku , apakah richi sering mengganggu adiknya dan apakah richi cemburu dengan kehadiran adiknya?
Dengan bangga saya jawab, Tidak, Richi tidak pernah cemburu pada adiknya, apa lagi merasa tersaingi. ada satu foto yang paling berkesan terhadap saya adalah Foto sewaktu Richi sedang menggendong adiknya yang masih kecil dengan gembira. Senyumnya dan tawanya yang ceriah sungguh polos dan lepas, tak ada kesan cemburu, kesal , apalagi benci terhadap adiknya.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah Richi masih seperti dulu? masih menyanyangi adik-adiknya seperti dulu?
Pertanyaan ini terjawab ketika beberapa hari yang lalu, james adiknya yang terkecil sakit, demam, badannya panas. Ketika saya pulang dari kerja, biasanya saya dijemput oleh james yang kolokan, maklum anak terkecil , tapi pada hari itu James tidak berdiri di depan pintu menjemputku, malah tergolek lemas ditempat tidur, badannya panas, segera saya meminta Richi untuk memberikan obat turun panas pada adiknya, kelihatannya Richi juga panik.
Dia sibuk membantu meminumkan obat panas dan sesekali memeriksa kening adiknya untuk memastikan panasnya sudah turun.
Setalah meminumkan obat panas, saya meminta Richi untuk menjaga adiknya sementara saya mandi,Selesai mandi kira2 10 menit kemudian, diam-diam saya kembali kekamar untuk melihat perkembangan James, namun yang saya dapati adalah Richi dengan mata yang merah sedang memegang kening adiknya, rupanya , dia menangis melihat kondisi adiknya yang sakit.
Sungguh, saya jadi terharu, sungguh, Richi benar-benar berhati lembut dan penuh kasih sayang terhadap adik-adiknya. Air matanya yang turun adalah air matakasih sayang seorang kakak yang baik.